TANJUNG PINANG – “Yakinlah Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah ibni Sultan Abdul Jalil. Aku lah Yang Dipertuan Muda yang memerintah Kerajaan Mu, Barang yang tiada suka membujur di hadapan Mu, Aku lintangkan, Barang yang tiada suka melintang di hadapan Mu, aku bujurkan. Barang yang semak berduri di hadapan Mu, Aku cucikan.”
Naskah Sumpah Setia Melayu-Bugis yang pernah diucapkan Opu Daeng Marewa di depan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah ratusan tahun lalu kembali menggema di Taman Boenda Tanah Melayu, Tepi Laut, tepat di seberang Pulau Penyengat, yang dahulu menjadi pusat Kerajaan Riau Lingga.
Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, yang berkedudukan sebagai Yang Dipertuan Besar I, memiliki pusat pemerintahan kesultanan di Riau, tepatnya di Sungai Carang (sekarang bagian dari wilayah Kota Tanjung Pinang). Sumpah setia ini pertama kali diucapkan Opu Daeng Marewa di hadapan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah pada medio 1722.
Pada Sabtu (31/08/2024), sumpah tersebut kembali dihidupkan dalam peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan RI melalui Pawai Budaya yang digelar Pemerintah Kota Tanjung Pinang. Di tengah terik matahari, Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kepri, Ady Indra Pawennari, mengucapkan kembali sumpah setia Melayu-Bugis tersebut dengan penuh penjiwaan, di hadapan Raja Malik yang diilustrasikan sebagai Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah.
Acara ini menjadi lebih istimewa dengan kehadiran sekitar 300 peserta dari Badan Pengurus Wilayah Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPW KKSS) yang turut serta dalam pawai. Penampilan Ady Indra, lengkap dengan busana khas Bugis dan keris yang dihunusnya, memukau peserta pawai dan membuat banyak orang merasa terharu.
“Kami semua merinding mendengarnya. Apalagi, kami baru kali ini mendengar langsung sumpah setia Melayu-Bugis yang pernah diucapkan Opu Daeng Marewa di depan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah,” ungkap salah seorang peserta.
Raja Malik Hafrizal Zuriat Kerajaan Riau-Lingga menyatakan bahwa sumpah setia tersebut mengingatkan pada peristiwa sakral masa lalu. Ikrar Opu Daeng Marewa menjadi landasan bagi kedua suku untuk bersama-sama membangun tanah Melayu dengan gemilang. Ia juga berharap sumpah setia ini menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk menghargai warisan leluhur.
Selain pengucapan sumpah setia Melayu-Bugis, peserta pawai budaya KKSS Kepri juga menampilkan seni silat tradisional dan menyerahkan bingkisan makanan khas Sulawesi Selatan kepada tamu VIP, termasuk bolu pecak, barongko, dan bandang bandang. Acara ini tidak hanya menjadi peringatan sejarah, tetapi juga perayaan budaya yang memperkuat persatuan dan kebanggaan akan warisan leluhur. ***
(Red)