JAWAOPINI

Melintasi Jembatan Waktu: Petualangan Seru Tiga Hari di Bandung

×

Melintasi Jembatan Waktu: Petualangan Seru Tiga Hari di Bandung

Sebarkan artikel ini
Yudi Dwi Julian dan rekan di Gedung Merdeka. (Foto : Ist)
Pemandangan dari Kereta Cepat Indonesia China. (Foto : Yudi Dwi Julian)
Yudi Dwi Julian dan rekan di Gedung Sate. (Foto : Ist)

BANDUNG — Perjalanan selama tiga hari ke Bandung dimulai dengan kegembiraan dan penemuan yang tak terbendung. Mulai dari mencoba transportasi yang baru saja diresmikan oleh pemerintah Indonesia, yaitu Kereta Cepat Indonesia China, kemudian menyaksikan Sejarah hidup Gedung Asia Afrika, atau sering disebut sebagai Gedung Merdeka, sampai menyelami budaya Kota Bandung yang penuh cerita.

Sebelum memulai petualangan di Kota Bandung, saya tak dapat menghindari untuk memperhatikan kondisi kota yang menjadi tujuan saya. Meskipun kota ini dipuji karena keindahan alamnya dan kekayaan budayanya, saya juga menyaksikan tantangan perkotaan yang dihadapi oleh Bandung, seperti kemacetan lalu lintas dan tingginya tingkat polusi udara di pusat kota. Namun, saya yakin bahwa di balik tantangan besar tersebut, Bandung menyimpan pesona dan juga kekayaan yang luar biasa yang tak sabar bisa untuk dijelajahi. Dengan harapan dan semangat petualangan yang membara, saya memulai perjalanan menuju kota kreatif ini, dengan kesiapan untuk menghadapi segala keindahan yang akan ditemui.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Hari pertama berada di Bandung dimulai dengan perjalanan yang sangat mengesankan. Dengan menaiki Kereta Cepat Indonesia China, hal itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan, karena saya menikmati perjalanan yang cepat dan nyaman hanya dalam waktu 40 menit. Selain sensasi kecepatan, saya juga tidak ada hentinya terpesona oleh keindahan pemandangan yang dilewati di sepanjang perjalanan. Mulai dari sawah hijau di setiap menitnya, hingga pegunungan pegunungan yang memikat pandangan, setiap detik perjalanan menjadi momen yang patut untuk diabadikan. karena dalam waktu singkat kami bisa menikmati pemandangan yang menakjubkan sepanjang perjalanan.

Setibanya di Bandung, saya langsung meluncur ke Gedung Merdeka untuk melihat secara langsung sebuah museum yang mengangkat isu-isu penting dalam sejarah Asia-Afrika. Merasakan atmosfir sejarah yang kental di gedung tersebut memberikan saya pengalaman yang sangat mendalam tentang perjuangan bangsa Indonesia di masa lampau dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Hari kedua di Bandung dihabiskan untuk menyelami sejarah hidup di Gedung Merdeka yang kedua kalinya. Bangunan ini tidak hanya memancarkan keindahan arsitektur kolonialnya, tetapi juga memancarkan semangat perjuangan bangsa Asia dan Afrika untuk kemerdekaan dan persatuan. Dan setelah itu, mengingat lokasi Gedung Merdeka yang berada pada pusat kota, saya melanjutkan perjalanan ke Jalan Braga, sebuah tempat yang dikenal dengan sejarah dan kebudayaannya. Di sana, saya tak hanya menikmati keindahan berbagai macam pertokoan yang memiliki corak khas, namun juga memperhatikan tata kota yang sama dengan corak khas lama pada masa penjajahan Belanda.

Sambil menyusuri dan melihat lihat suasana yang antik di Jalan Braga, saya tak lupa untuk mengunjungi cosplayer hantu sambil bermain main dan juga berfoto dengan para cosplayer hantu yang sering disebut dengan nama peraga, yang penampakannya mirip sekali dengan hantu hantu yang ada di film-film. Bila digambarkan, mereka memiliki wajah pucat menyeramkan, rambut panjang menutupi wajah dan juga kedua matanya yang hanya terlihat sedikit, diikuti dengan ekspresi meringis menyeramkan yang mendukung perannya, selain itu juga berfoto dengan beberapa cosplayer yang menampilkan karakter-karakter legendaris dari film-film lokal dan juga internasional.

Setelah sehari yang penuh makna, saya bergegas kembali ke Asrama IPDN tempat saya menginap selama di Kota Bandung. Meskipun hanya sebuah tempat menginap sederhana dan juga milik pemerintah, tetapi suasana hangat dan keramahan para staf yang bekerja, membuat saya merasa seperti di rumah sendiri. Malam itu saya menghabiskan waktu dengan berbagi cerita dan pengalaman dengan sesama penginap di asrama, untuk menciptakan ikatan yang erat di antara kami, sembari menikmati pemandangan malam dan suasana dingin yang menakjubkan.

Paginya saya bersiap-siap untuk meninggalkan Bandung, namun sebelum meninggalkan kota ini, saya memutuskan untuk menghabiskan waktu sebentar lagi untuk berpetualang mencari Sejarah dan juga budaya Kota Bandung. Dimulai dengan kunjungan ke Museum Pos Indonesia. Di sana, kami mempelajari sejarah perkembangan sistem pos di Indonesia melalui berbagai koleksi artefak yang menarik, sampai sampai mengunjungi lorong yang membahas perangko pertama di dunia serta perangko yang dipergunakan saat awal berdirinya kantor pos di Indonesia. Bahkan disana juga terdapat mesin timbangan beserta seragam pegawai pos dari masa ke masa hingga armada pengangkut surat pada zaman dahulu.

Petualangan ini kemudian dilanjutkan ke Gedung Sate, sebuah landmark ikonik di Bandung yang menampilkan arsitektur bergaya Belanda, serta ornamen 6 tusuk sate yang ada di atas menara sentral. Di sana, saya banyak melihat koleksi benda bersejarah yang lengkap dan menjangkau berabad-abad sejarah, yang memang menjadikan salah satu daya tarik utamanya dari museum ini. Museum ini juga menawarkan gambaran menarik tentang beragam budaya dan tradisi yang telah membentuk Kota Bandung selama bertahun-tahun, mulai dari tekstil tradisional dan kerajinan tangan hingga peninggalan kuno dan temuan arkeologi. Disana juga saya mempelajari tentang masa kolonial dan pengaruh pemerintahan Belanda di wilayah tersebut, serta perjuangan kemerdekaan dan kelahiran bangsa Indonesia yang modern. Saya menyaksikan berbagai artefak dan dokumentasi yang mengungkapkan sejarah dan perkembangan kota Bandung.

Tiba di akhir petualangan, saya pun menaiki kereta dan duduk di kursi yang ada. Meskipun perjalanan ini menandai akhir dari petualangan, namun kenangan indah dan pelajaran berharga yang didapatkan selama tiga hari di Bandung akan selalu teringat dalam ingatan. Petualangan ini bukan hanya tentang menjelajahi tempat-tempat baru, tetapi juga tentang menyelami sejarah, memperluas wawasan, dan mempererat hubungan antarmanusia. Dengan hati penuh rasa syukur dan dengan hati yang penuh harapan, saya meninggalkan Bandung dengan janji untuk kembali lagi suatu hari nanti.

Yudi Dwi Julian. (Foto : Ist)

Penulis : Yudi Dwi Julian
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB
NIM : J0401221228
Kelas : B1
***