PRESS MEDIA — Diskursus tentang program makan siang gratis kembali mencuat, dengan Menko Perekonomian melakukan uji coba dengan biaya Rp 15.000,- per porsi. Ini memicu berbagai tanggapan dari masyarakat, dengan sebagian mempertanyakan sumber pendanaan dan sebagian lain melihat adanya skema alternatif yang bisa digunakan.
Dengan jumlah total siswa aktif dari SD hingga SMA mencapai 53 juta jiwa, biaya yang dibutuhkan untuk program ini cukup besar. Jika dikalikan Rp 15.000,- kali 25 hari perbulan, kali 12 bulan. Maka jumlahnya Rp 238 triliun lebih. Dipotong hari libur.
Biaya makan dengan harga Rp 15.000,- di daerah sudah cukup. Akan tetapi untuk di perkotaan seperti Jakarta, biayanya bisa lebih. Anggaran dalam setahun diperlukan lebih dari Rp 238 T.
Pengalihan dana BOS. Pengalihan subsidi BBM yang mencapai 500 T per tahun. Atau kenaikan pajak 1,5 %. Spekulasi-spekulasi bermunculan. Dari mana alternatif pembiayaan itu diperoleh.
Anggaran itu mengandaikan semua siswa disasar program makan siang gratis. Akan tetapi jika diterapkan berdasar prioritas, mungkin angkanya tidak terlalu besar.
Pertama, siswa sekolah-sekolah elit tidak perlu dimasukkan prioritas program makan siang gratis. Selama ini telah mampu membiayai sendiri makan siangnya.
Mampu membayar SPP mahal. Anak-anak orang kaya. Tidak ada masalah dengan makan siang.
Kedua, prioritas daerah-daerah dengan angka kemiskinan tertinggi.
Angka kemiskinan peringkat 10 tertinggi di Indonesia pada tahun 2023 meliputi: 1. Papua 26,80%, 2. Papua Barat 21,43%, 3. Nusa Tenggara Timur 20,23%, 4. Maluku 16,23%, 5. Gorontalo 15,51%, 6. Aceh 14,75%, 7. Bengkulu 14,34%, 8. Nusa Tenggara Barat 13,82%, 9. Sulawesi Tengah 12,30%, 10. Sumatera Selatan 11,95%.
Berikutnya angka kemiskinan peringkat 11 sampai dengan 15 adalah: 11. Sulawesi Barat 11,92%. 12. Daerah Istimewa Yogyakarta 11,49%, 13. Lampung 11,44%, 14. Sulawesi Tenggara 11,27%, 15. Jawa Tengah 10,98%.
Dan seterusnya secara bertahap sampai pembiayaan mampu meng-cover semua wilayah.
Pemerintah tentunya mampu mencari alternatif. Agar program makan siang gratis dapat terlaksana. Tanpa mengganggu program prioritas lainnya.
Program ini sangat bagus. Dalam turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah diterapkan di banyak negara.
Pertama, memotivasi siswa untuk belajar. Bagi daerah-daerah tertentu, ketersediaan makanan akan sangat membantu gairah siswa untuk belajar.
Kedua, memperbaiki nutrisi siswa. Khususnya bagi segmen-segmen tertentu masyarakat yang memerlukan perbaikan nutrisi.
Ketiga, menghidupkan usaha kuliner lokal. Maka harus didorong program ini melibatkan vendor-vendor lokal. Usaha penyedia makanan di sekitar sekolah.
Keempat, menghidupkan produsen bahan pangan lokal. Selain memenuhi standar nutrisi sehat, program ini harus memanfaatkan bahan pangan lokal.
Kelima, akan mendorong perputaran uang di daerah-daerah.
Program ini akan mendorong pencerdasan kehidupan bangsa. Sebagaimana amanat preambule UUD 1945. Cerdasnya kehidupan bangsa merupakan kunci keunggulan kompetisi antar bangsa.
Harus didukung bukan?
Oleh: Abdul Rohman Sukardi
ARS ([email protected]), 01-03-2024